aku anak kuburan
Di sebuah kota yang jauh dari keramaian aku dilahirkan dibawah gubuk menceng ,aku adalah anak kuburan kata saudara-saudaraku yang sedikit mengenalku.
Rumah yang beratapkan potongan -potongan seng yang sudah mulai berkarat,menerobos cahaya dari sela-sela seng yang berlubang,dengan ukuran yang sangat sempit serta tembok yang terbuat dari sisa sisa kayu papan yang belum tertutup cat dan hanya kulit semen yang bisa dilihat didalam yang tertata menempel tembok diantara celah- celah cahaya sinar dari luar ,kamar sekalian dapur dan tempatku bermain .
Kontrakan disewa oleh bapaku adalah rumah yang sangat sederhana walau aku tingal di ibu kota namun masih memprihatinkan bagi keluargaku dulu ibu ku adalah ibu rumah tangga yang sedikit mengerti masalah keluarga dan ibuku sangat keibuan dalam membina kakak dan adikku.
Bapaku juga sebenarnya orang dari purworejo yang jauh dari kota ku sekarang,datang ke kota hanya untuk mencari sedikit nasi itu bahasa orang dulu kalau sekarang sekedar mencari sesuap berlian ,dulu bapaku pergi meningalkan pekerjaanya didesa karena agar mendapat perubaha didesa sebenarnya sudah punya jabatan sebagai ili-ili desa dalam jabatan bagian irigasi dan itu sudah tersohor sebenarnya, karena ''ora ono duite" kata bapak ku jadi bapak hidjrah ke kota .
waktu itu bapak kerja sebagai kuli bangunan dan sempat membuat hotel pacific bintang *** di Jakarta waktu itu kakaku lahir bernama pitoyo,dia dijuluki anak kuli bangunan.
Ketika aku dilahirkan dulu bapak ku sudah berubah kerjanya sebagai tukang bank harianatau bank uncit yang kesana–kemari membawa buku dan tas kecil hitan yang sedikit gimbal terbuat dari kulit buaya karena biar aman dan tidak sobek,dan hanya untuk menyimpan uang setoran pedagang ,dan uang tagihan yang di ubernya setiap hari,’’aduh capek sekali hari ini ‘’kata bapaku.maka dihampirilah sebuah warung kopi di depan rumah sakit persahabatan ‘’bang kopi satu’’katanya.Dengan keringat mengucur di badan teringat olehnya sebuah bangunan rumah sakit ‘’ini dulu saya yang buat bang’’bapaku bercerita kepada abang tukang kopi bahwa;” teryata bapak juga ikut membuat bangunan rumah sakit ini’’ .
waktu itu bapak kerja sebagai kuli bangunan dan sempat membuat hotel pacific bintang *** di Jakarta waktu itu kakaku lahir bernama pitoyo,dia dijuluki anak kuli bangunan.
Ketika aku dilahirkan dulu bapak ku sudah berubah kerjanya sebagai tukang bank harianatau bank uncit yang kesana–kemari membawa buku dan tas kecil hitan yang sedikit gimbal terbuat dari kulit buaya karena biar aman dan tidak sobek,dan hanya untuk menyimpan uang setoran pedagang ,dan uang tagihan yang di ubernya setiap hari,’’aduh capek sekali hari ini ‘’kata bapaku.maka dihampirilah sebuah warung kopi di depan rumah sakit persahabatan ‘’bang kopi satu’’katanya.Dengan keringat mengucur di badan teringat olehnya sebuah bangunan rumah sakit ‘’ini dulu saya yang buat bang’’bapaku bercerita kepada abang tukang kopi bahwa;” teryata bapak juga ikut membuat bangunan rumah sakit ini’’ .
Kecilku dulu manja karena terlalu di perhatikan ibu dan keluarganya ,aku adalah anak ke dua dari 3 saudara saudara nya sebut aja naman yudi pangilan kecilku dulu nama ini yang diberikan masa kecilku dulu dari kedua orang tuaku .
Ia adalah seorang laki-laki yang cool kata teman-temanya anak yang selalaun menang bila meminta sesuatu atau berbicara semua harus diam palagi meminta sesuatu .
Dicubirkan bibirnya yang merah merona bagaikan warna jambu boll ketika dia memohon sesuatu kepada orangtuanya yang masih muda waktu itu’’buk beliin jambu klutuk’’karna waktu itu ada seorang pedagang jambu melewati depan rumahnya .terucap kata kata yang keras membentak dari seorang yang mukanya telah mulai keriput dengan rambut teruntai sedikit keputihan berbahasa jawa ''go opo panganan jambu''. artinya buat apaan makanan jambu ,karena waktu itu neneku datang dari desa.
Dia berkata bahwa neneknya adalah seorang yang terpandang di desa namun karena orang desa jadi semua tingkahnya ndeso banget,badanya yang bila berjalan agak membungkuk berpakaiyan ala adat jawa berkebaya bagaikan putri duyung bilaku lihat dari belakang geal-geyol bokongnya sambil mebawa sapu lidi yang tingal sedikit lagi menjadi sapu regel.
lalu datanglah ibunya anak menantu nenek dari dalam gubuk yang kecil reot diujung kuburan yang sepi dipingiran kota .
Dia berkata bahwa neneknya adalah seorang yang terpandang di desa namun karena orang desa jadi semua tingkahnya ndeso banget,badanya yang bila berjalan agak membungkuk berpakaiyan ala adat jawa berkebaya bagaikan putri duyung bilaku lihat dari belakang geal-geyol bokongnya sambil mebawa sapu lidi yang tingal sedikit lagi menjadi sapu regel.
lalu datanglah ibunya anak menantu nenek dari dalam gubuk yang kecil reot diujung kuburan yang sepi dipingiran kota .
Berteriak Ini yud buat beli jambu’’bang ‘’tunggu beli maka dibelinya dengan uang logam Rp.500 dipegangnya dua jambu,nenek menanyakan mengrutu;
'' jambu kok mahal gopek dapat dua ,dalam hati nenek didesa tingal petik''.
sambil mengosok gosokan tembakau yang ada dibibirnya hinga mengkilatlah gigi nenek dengan warna merah menyala meniupkan ludah dhubang liur merah pekat menyala kelantai tanah yang jijik bila terinjak ku karena nenek senang bermain kinang sirih yang dibawanya dari desa dan diselipkanya diperut kedalam kendit yang berwarna hitam ikal.
'' jambu kok mahal gopek dapat dua ,dalam hati nenek didesa tingal petik''.
sambil mengosok gosokan tembakau yang ada dibibirnya hinga mengkilatlah gigi nenek dengan warna merah menyala meniupkan ludah dhubang liur merah pekat menyala kelantai tanah yang jijik bila terinjak ku karena nenek senang bermain kinang sirih yang dibawanya dari desa dan diselipkanya diperut kedalam kendit yang berwarna hitam ikal.
Sore hari pulanglah bapak ku senang rasanya bertemu bapak karna seharian yudi tidak bertemu,terselip permen tape ada di dalam saku bapak ku yang dibelinya dari kembalian warung kopi tadi,terasa menganjal diselah selah tubuhku kuambilnya permen tadi.
Hore hore bapak beli permen’’kataku’’.
Sambil aku lepaskan pelukanku dari tubuh yang berbau keringat agak lengket pekat karna seharian berjalan.dia berlari jauh belompat-lompat ditengah kuburan yang luas karena halamanku adalah kuburan yang terdiri dari banyak batunisan yang tinggi –tinggi menghalangi kakiku,bagiku sudah biasa melompat diantara batu-batu nisan.ternyata kakaku mengejarnya dari belakang ingin meminta permen yang .
‘’hi yud bagi gue’’.sambil berteriak kencang sekali dan aku tertangkap olehnya.dijitaklah kepalaku dengan tangan mengepal ditonjolkam sedikit jarinya untung pitoyo membentuk biji salak digengamanya dan diarahkanya bijisalak itu dikepalaku ,terdengar suara dikepalaku’’thak;thak’’ bagi satu pelit ama….et sih.kakaku yang agak lincah dalam bermain lalu lari melejit bagaikan kisah dalam film solin yang gesit dan menghilang di antara sela lela batu nisan bersama teman-temanya ,aku sendiri dan menangis.
Matahari menundukan kepalanya bersama dengan iringan warna jingga mulai pudar ,ibu pergi mencari untung pitoyo anak pertamanya yang tadi pergi bermain untuk pulang dan mandi.hari menjelang malam semua berkumpul didalam gubung ku yang dianggapnya sebuah istana yangseolah olah luas sebagai tempat istirahat bersama keluarga,sunguh kepala bapakku akan ngebul kalau memikirkannya karena:
-sempit bila tidur bersama
-ada nenek datang tidur dimanita
-serong kekanan
-serong kekiri
-besok pagi harus bangun kerja
-belum buat sarapan pagi dan ibu harus menyiapkan masakan .
Hati dan pikiran orang tuaku tetap dingin sehingga yang dirasakan adalah senang bisa berkumpul bersama .saya tertidur karena bapak bercerita dan bernyanyi hingga dan harus beli tiket namti kalau nenek pulang.berbusa dan mengeluarkan sedikit buih,’’aku gak mau pak cerita lagi’’ kataku.bapak hingga malam belum tidur juga karna selalu memikirkan nama-nama tagihan besok .
bersambung lagi banyak tugas lain ye
BalasHapusselamat hari raya idul fitri
BalasHapus